Kamis, 26 April 2012

Permainan Anak Tradisional vs Permainan Modern


Pendahuluan

Bermain merupakan salah satu kegiatan atau aktrivitas yang sangat digemari oleh anak-anak. Siapa yang tak suka diajak bermain, bermain dapat memunculkan energi positif rasa senang dan gembira. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam daerah (pulau), suku, adat, kepercayaan serta bahasa. Tak terkecuali beragam permainan anak-anak yang dimiliki tiap daerah setempat, berbeda suku/daerah berbeda pula permainannya. Dahulu sebelum maraknya era teknologi seperti sekarang kini kita mengenal berbagai macam permaianan anak-anak khas daerah, atau biasa kita sebut dengan permainan tradisional.
Seiring dengan perkembangan zaman kita kenal beragam permaianan anak-anak dari tradisional sampai modern. Di era modern seperti ini sangat disayangkan sekali sepertinya permainan anak-anak tradisional mulai tergerus dengan hadirnya permaianan canggih  berbasis teknologi seperti video game, PS, game online, zona permainan di mall dan lain-lain. Bagaimana respon anak-anak jaman sekarang ketika ditanya seputar permainan khas daerahnya, rata-rata mereka menjawab kurang antusias bahkan ada yang menjawab tidak tahu. Sungguh miris mendengarnya, hal ini menjadi tugas kita sebagai guru untuk kembali memperkenalkan beragam permainan tradisional yang sebenarnya tidak kalah menarik serat akan nilai-nilai budaya dan sosial dibandingkan dengan permaianan modern seperti saat ini. Permainan tradisional banyak sekali manfaatnya diantaranya dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dan baik untuk kesehatan karena sama saja dengan berolah raga serta menumbuhkan kreativitas kognitif, afektif maupun motorik. Selain itu tidak diperlukan biaya yang mahal untuk melakukan permainan tradisional.
Oray-Orayan

Oray-orayan berasal dari kata “oray” bahasa sunda yang artinya “ular”. Oray-orayan merupakan salah satu permainan tradisional khas Jawa Barat, dimainkan secara berkelompok oleh beberapa anak perempuan maupun lelaki (10-20 anak) di lapangan terbuka. Untuk memainkannya biasanya anak-anak sambil bernyanyi lagu “oray-orayan”.
Teknis permaianan
Teknis permain ini yaitu para pemain saling memegang ujung baju bagian belakang teman didepannya untuk membentuk barisan panjang. Pemain terdepan berusaha menangkap pemain yang paling belakang (buntut/ujung akhir) yang akan menghindar, sehingga barisan bergerak-meliuk-liuk seperti ular, tetapi barisan itu tidak boleh terputus. Sambil bermain, pemain melantunkan lagu “kawih”.
Lirik Lagu Oray-Orayan
Permainan ini biasanya dilakukan pemain sambil  menyanyikan lagu. Lagu oray-orayan senidri memiliki beragam versi, berikut  lagu oray-orayan versi Jawa Barat (Sunda):
Versi 1:
Oray-orayan luar leor mapay sawah
Tong ka sawah parena keur sedeng beukah

Oray-orayan luar leor mapay kebon
Tong ka kebon aya barudak keur ngangon

Oray-orayan luar-leor mapay leuwi
Tong ka leuwi, di leuwi loba nu mandi..



Versi 2:
Oray-orayan luar-léor mapay sawah
Entong ka 
sawah, paréna keur sedeng beukah

Oray-orayan luar-léor mapay 
leuwi
Entong ka 
leuwi, di leuwi loba nu mandi
Saha nu 
mandi, anu mandi pandeuri

Oray-orayan luar-léor mapay 
kebon
Entong ka 
kebon, loba barudak keur ngangon
Mending gé teuleum di leuwi loba nu mandi
Saha nu 
mandi, nu mandi pandeuri


Versi 3:
Oray-orayan
Oray naon
Oray bungka
Bungka naon
Bungka 
laut
Laut naon
Laut dipa
Dipa naon
Di pandeuri, ri, ri, ri, ri . . . blos!.


Nilai-nilai Terkandung dari Permainan Oray-orayan
1.      Nilai estetika               : Barisan atau formasi yang membentuk ular “liak-liuk” mengandung nilai keindahan tersendiri jika orang melihatnya. Barisan diatur menurut ketinggian agar satu sama lain agar pertahanan kuat dan satu sama lain dapat melindungi.
2.      Nilai kognitif               : Melatih kecekatan, teknik/strategi serta daya kreativitas anak.
3.      Nilai Moral/afektif      : Pada permainan ini, anak-anak tidak hanya memperoleh kesenangan tetapi juga belajar untuk melatih keterampilan berkelompok, kekompakan (kerja sama), memimpin, bertanggung jawab, melindungi dan mendukung.
4.      Nilai sastra                  : pada lirik lagu membentuk sebuah rima (bunyi vokal lagu pada baris terakhir dalam sebuah baris pada bait lagu).
Contoh            : oray-orayan luar leor mapay saw[ah]
  tong kasawah pare na keur sedeng beuk[ah]
5.      Pesan yang ingin disampaikan
Ditinjau dari lirik lagunya sendiri permainan oray-orayan ini memberi pesan kepada anak-anak agar tidak bermain di sembarang tempat, seperti yang disebutkan dalam lirik yakni sawah, jangan bermain disawah dimana padinya sedang menguning karena kasihan petani takut-takut panennya gagal, karena semua padinya rusak. Kemudian kebon, kata kebon dalam lirik agu tersebut berarti kebun, jangan bermain di kebun karena ada tukang kebun yang sedang mengembala hewan, takut-takut mengganggu hewan gembalanya yan sednag makan, lalu ada leuwi, kata leuwi dalam lirik tersebut berarti sungai, anak-anak jangan bermain di sungai tanpa pengawasan orang dewasa karena di sungai arus airnya deras, selain itu banyak binatang buasnya.
Selain dari beragam bentuk lagunya ternyata permainan oray-orayan ini sebenarnya banyak versinya, di kalangan anak Jakarta atau daerah perkotaan lainnya sendiri masih terdapat permainan yang bertema sama dengan “oray-orayan”, namun disana permainan ini populer dengan sebutan “Ular Naga”.

Ular Naga



Ular Naga adalah salah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak Jakarta di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).
Teknis permainan Ular Naga
Untuk teknis permainanya sebagai berikut:  anak-anak berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang" biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh "gerbang".
Setelah itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyian, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya karena sudah larut malam.

Lagu Ular Naga
Lagu ini dinyanyikan oleh semua pemain, termasuk si "gerbang", yakni pada saat barisan bergerak melingkar atau menjalar.
Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat, itu yang dicari
Kini dianya yang terbelakang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar