Pendahuluan
Bermain
merupakan salah satu kegiatan atau aktrivitas yang sangat digemari oleh
anak-anak. Siapa yang tak suka diajak bermain, bermain dapat memunculkan energi
positif rasa senang dan gembira. Negara Indonesia merupakan negara yang
memiliki beragam daerah (pulau), suku, adat, kepercayaan serta bahasa. Tak
terkecuali beragam permainan anak-anak yang dimiliki tiap daerah setempat,
berbeda suku/daerah berbeda pula permainannya. Dahulu sebelum maraknya era
teknologi seperti sekarang kini kita mengenal berbagai macam permaianan
anak-anak khas daerah, atau biasa kita sebut dengan permainan tradisional.
Seiring
dengan perkembangan zaman kita kenal beragam permaianan anak-anak dari tradisional
sampai modern. Di era modern seperti ini sangat disayangkan sekali sepertinya
permainan anak-anak tradisional mulai tergerus dengan hadirnya permaianan
canggih berbasis teknologi seperti video
game, PS, game online, zona permainan di mall dan lain-lain. Bagaimana respon
anak-anak jaman sekarang ketika ditanya seputar permainan khas daerahnya,
rata-rata mereka menjawab kurang antusias bahkan ada yang menjawab tidak tahu.
Sungguh miris mendengarnya, hal ini menjadi tugas kita sebagai guru untuk
kembali memperkenalkan beragam permainan tradisional yang sebenarnya tidak
kalah menarik serat akan nilai-nilai budaya dan sosial dibandingkan dengan
permaianan modern seperti saat ini. Permainan tradisional banyak sekali
manfaatnya diantaranya dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dan baik
untuk kesehatan karena sama saja dengan berolah raga serta menumbuhkan
kreativitas kognitif, afektif maupun motorik. Selain itu tidak diperlukan biaya
yang mahal untuk melakukan permainan tradisional.
Oray-orayan
berasal dari kata “oray” bahasa sunda yang artinya “ular”. Oray-orayan
merupakan salah satu permainan tradisional khas Jawa Barat, dimainkan secara
berkelompok oleh beberapa anak perempuan maupun lelaki (10-20 anak) di lapangan
terbuka. Untuk memainkannya biasanya anak-anak sambil bernyanyi lagu
“oray-orayan”.
Teknis
permaianan
Teknis
permain ini yaitu para pemain saling memegang ujung baju bagian belakang teman
didepannya untuk membentuk barisan panjang. Pemain terdepan berusaha menangkap
pemain yang paling belakang (buntut/ujung akhir) yang akan menghindar, sehingga
barisan bergerak-meliuk-liuk seperti ular, tetapi barisan itu tidak boleh
terputus. Sambil bermain, pemain melantunkan lagu “kawih”.
Lirik
Lagu Oray-Orayan
Permainan
ini biasanya dilakukan pemain sambil
menyanyikan lagu. Lagu oray-orayan senidri memiliki beragam versi,
berikut lagu oray-orayan versi Jawa
Barat (Sunda):
Versi 1:
Oray-orayan luar leor
mapay sawah
Tong ka sawah parena
keur sedeng beukah
Oray-orayan luar leor
mapay kebon
Tong ka kebon aya
barudak keur ngangon
Oray-orayan luar-leor
mapay leuwi
Tong ka leuwi, di
leuwi loba nu mandi..
|
Versi 2:
Oray-orayan luar-léor
mapay sawah
Entong ka sawah, paréna keur sedeng beukah Oray-orayan luar-léor mapay leuwi Entong ka leuwi, di leuwi loba nu mandi Saha nu mandi, anu mandi pandeuri Oray-orayan luar-léor mapay kebon Entong ka kebon, loba barudak keur ngangon |
Versi 3:
Oray-orayan
Oray naon Oray bungka Bungka naon Bungka laut Laut naon Laut dipa Dipa naon Di pandeuri, ri, ri, ri, ri . . . blos!. |
Nilai-nilai
Terkandung dari Permainan Oray-orayan
1. Nilai
estetika : Barisan atau
formasi yang membentuk ular “liak-liuk” mengandung nilai keindahan tersendiri
jika orang melihatnya. Barisan diatur menurut ketinggian agar satu sama lain
agar pertahanan kuat dan satu sama lain dapat melindungi.
2. Nilai
kognitif : Melatih
kecekatan, teknik/strategi serta daya kreativitas anak.
3.
Nilai Moral/afektif : Pada permainan ini, anak-anak tidak hanya
memperoleh kesenangan tetapi juga belajar untuk melatih keterampilan
berkelompok, kekompakan (kerja sama), memimpin, bertanggung jawab, melindungi
dan mendukung.
4. Nilai
sastra : pada lirik lagu
membentuk sebuah rima (bunyi vokal lagu pada baris terakhir dalam sebuah baris
pada bait lagu).
Contoh : oray-orayan luar leor mapay saw[ah]
tong kasawah pare na keur sedeng beuk[ah]
5. Pesan
yang ingin disampaikan
Ditinjau
dari lirik lagunya sendiri permainan oray-orayan ini memberi pesan kepada
anak-anak agar tidak bermain di sembarang tempat, seperti yang disebutkan dalam
lirik yakni sawah, jangan bermain disawah dimana padinya sedang menguning
karena kasihan petani takut-takut panennya gagal, karena semua padinya rusak.
Kemudian kebon, kata kebon dalam lirik agu tersebut berarti kebun, jangan
bermain di kebun karena ada tukang kebun yang sedang mengembala hewan,
takut-takut mengganggu hewan gembalanya yan sednag makan, lalu ada leuwi, kata
leuwi dalam lirik tersebut berarti sungai, anak-anak jangan bermain di sungai
tanpa pengawasan orang dewasa karena di sungai arus airnya deras, selain itu
banyak binatang buasnya.
Selain
dari beragam bentuk lagunya ternyata permainan oray-orayan ini sebenarnya
banyak versinya, di kalangan anak Jakarta atau daerah perkotaan lainnya sendiri
masih terdapat permainan yang bertema sama dengan “oray-orayan”, namun disana
permainan ini populer dengan sebutan “Ular Naga”.
Ular
Naga adalah salah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak
Jakarta di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah
lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di
bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih,
anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).
Teknis
permainan Ular Naga
Untuk
teknis permainanya sebagai berikut: anak-anak
berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang
berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang
anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan
berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar
bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling
berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang"
biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya
tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan.
Barisan
akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan
terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman,
sambil menyanyikan lagu. Pada saat-saat tertentu sesuai dengan lagu, Ular Naga
akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu
habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan 'ditangkap' oleh
"gerbang".
Setelah
itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya--
akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal
anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu,
sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang
tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya,
ditempatkan di belakang salah satu "gerbang".
Permainan
akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyian, Ular Naga kembali bergerak
dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan
lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak
dan permainan selesai. Atau, anak-anak bubar dipanggil pulang orang tuanya
karena sudah larut malam.
Lagu Ular Naga
Lagu ini
dinyanyikan oleh semua pemain, termasuk si "gerbang", yakni pada saat
barisan bergerak melingkar atau menjalar.
Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat, itu yang dicari
Kini dianya yang terbelakang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar