Metode
Pengumpulan
Data
Data
artinya informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk
digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta.
Sedang fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara
empirik, antara lain melalui analisis data (Fathoni, 2006:104).
Menurut
Sugiono (2010:62) “metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
pengumpulan data.” Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan.
Sedangkan
pendapat Suharsimi Arikunto (2010:265) “mengumpulkan data adalah pekerjaan yang
penting dalam langkah penelitian, terutama apabila peneliti menggunkana metode
yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.”
Secara
metodologis dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data, yaitu:
1.
Observasi
2.
Wawancara
3.
Angket
4.
Dokumentasi
5.
Tes
Metode pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (angket/kuesioner,
wawancara/interview, pengamatan/observasi, ujian/tes, dokumentasi). Sedangkan instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya
(angket/kuesioner, daftar cocok/checklist atau pedoman wawancara, lembar
pengamatan atau panduan pengamatan, soal tes, skala bertingkat).
Instrumen berhubungan erat dengan cara/alat
untuk mengumpulkan data, sedangkan metode pengumpulan data adalah cara yang
dipakai dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
digumnakan dalam mengumpulkan data tersebut.
Banyak
di antara orang yang belum paham benar akan penelitian, mengacaukan dua
penelitian ini. Hal ini sering salah
diperbuat oleh mahasiswa yang menyusun skripsi atau tesis menyebutkan “metode
pengumpulan data adalah pedoman wawancara”. Jelas ini salah, instrument
adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu
metode. Untuk beberapa metode, kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama
dengan nama metodenya.
Dengan
demikian maka dapat dikatakan bahwa peneliti di dalam menerapkan metode
pengumpulan data menggunakan instrument atau alat, agar data yang diperoleh
lebih baik.
Pasangan Metode dan
Instrumen Pengumpulan Data
|
No.
|
Jenis Metode
|
Jenis Instrumen
|
1
|
Angket (questionnaire)
|
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (checklist)
Skala (scala), inventori (inventory)
|
2
|
Wawancara (interview)
|
Pedoman wawancara (interview guide)
Daftar cocok (checklist)
|
3
|
Pengamatan/Observasi(Observation)
|
Lembar Pengamatan, panduan pengamatan, panduan observasi (observation
sheet, observation schedule), (checklist).
|
4
|
Ujian/Tes (test)
|
Soal ujian, soal tes atau tes (test), inventori(inventory).
|
5
|
Dokumentasi
|
Daftar cocok (checklist) dan Tabel
|
Tugas peneliti dalam pengumpulan data adalah:
a) memilih
subjek
Subjek dapat dipilih selama pengumpulan data.
Penentuan pemilihan subjek bergantung pada rancangan penelitian
yang digunakan peneliti.
b) mengumpulkan
data secara konsisten
Konsep agar pengumpulan data dapat akurat adalah, perlunya suatu
konsistensi. Konsistensi itu
perlu untuk mempertahankan pola pengumpulan
data pada setiap tahap berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan.
c) mempertahankan
pengendalian dalam penelitian
ü Memilimalkan
terjadinya bias pada hasil penelitian.
ü Peneliti perlu
memperhatian variabel-variabel baru
yang mungkin timbul selama pengumpulan data.
ü Jika variabel-variabel
yang tidak di prediksikan terjadi,
maka penelitian harus menuliskan dalam hasil untuk dijadikan
kajian penelitianlebih lanjut oleh peneliti selanjutnya atau
ü sebagai suatu
keterbatasan dalam penelitian.
d) menjaga
integritas dan validitas
ü Mempertahanan
konsistensi dan pengendalian selama
pengumpulan data.
ü Peneliti harus cermat
terhadap adanya sikap perubahan
atau upaya merubah suatu rencana yang telah di tetapkan agar tidak
terjadi ketidaksinambungan.
e) menyelesaikan masalah
Perlu adanya
orang lain (pembimbing) untuk memberikan
masukan dan berdiskusi untuk mencari
jalan keluar yang terbaik, agar tujuan penelitian dapat dicapai
Metode
Pengumpulan Data Kualitatif
Peneliti
kualitataif bergulat dengan data yang bersifat lunak. Disebut lunak karena data
yang ada bersifat abstrak, tidak tampak, atau tidak dapat dihitung satuan
fisiknya. Diperlukan ketajaman untuk mencandra (menggambarkan) data karena setiap fenomena atau peristiwa bisa
menjadi data apabila dilihat dari sudut pandang tertentu, disertai dengan
ketajaman pemikiran dan pencandraan dari seorang peneliti kualitatif.
Berikut ini metode-metode yang digunakan
dalam mengumpulkan data penelitian kualitatif:
1. Wawancara
Menurut
Esterberg (2002) dalam buku Sugiono, mendefinisikan interview sebagai berikut:
“a meeting
of two persons to exchange information and idea trough question and responses,
resulting in communication and joint construction of meaning about a particular
topic.” Wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Susan
stainback (1988) dalam Sugiono mengemukakan bahwa :
“Interviewing
provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the
participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through
observation alone.” Jadi
dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang
terjadi, di mana hal ini bisa ditemukan melalui observasi.
Sedangkan
pendapat Gorys Keraf
(1989: 161) “wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung pada seorang informan atau seorang autoritas
(seorang ahli/ yang berwenang dalam suatu masalah).”
Adapun
menurut A. Fathoni (2006: 105), wawancara
adalah tekhnik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi secara langsung, mendalam bentuknya bisa terstruktur dan
individual. Jadi
dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,
dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Adapun jenis-jenis wawancara antara lain:
a) secara fisik:
ü wawancara
terstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh
pewawancara apabila dia benar-benar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan
telah menentukan daftar dari pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada responden,
ü wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan
dimana responden diberikan kebebasan mengekspresikan pikiran atau tanggapannya
dengan lebih bebas
b) berdasarkan
pendekatan atau cara
ü wawancara langsung adalah wawancara
yang dilakukan secara tatap muka,
ü wawancara tidak langsung adalah
wawancara yang dilakukan bukan secara tatap muka,
melainkan melalui saluran komunikasi jarak jauh misalnya: telepon, imternet
atau radio.
c) Berdasarkan sistem kegiatan yang
dilaksanakan
ü wawancara berstandar adalah
wawancara yang direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan terlebih dulu,
ü wawancara tidak berstandar adalah
wawancara yang tidak direncanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan
yang dipersiapkan terlebih dulu,
ü wawancara sambil lalu adalah
wawancara yang objek sasarannya tidak diseleksi terlebih dulu melalui metode
sampling tertentu tetapi dipilih secara aksidental
d) berdasarkan
pertanyaan yang digunakan
ü wawancara terbuka adalah
wawancara yang menggunakan kuesioner terbuka, kuesioner yang memberikan
keleluasaan kepada responden untuk memberikan
jawaban dengan bebas tanpa dibatasi alternatif
jawaban yang ditentukan,
ü wawancara tertutup adalah wawancara yang menggunakan
kuesioner tertutup, kuesioner yang alternatif
jawabannya telah disediakan,
ü wawancara semi tertutup adalah
wawancara dengan menggunakan kuesioner yang memberikan kesempatan kepada
responden untuk mengemukakan jawaban lain atau keterangan tambahan disamping
alternative jawaban yang tersedia.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2009:199).
Sedangkan pendapat Abdurrahmat Fathoni
(2006:111) “Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner
(daftar pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang
dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat umum.”
Jenis-jenis kuesioner:
a. Dari cara menjawab: (1) kuesioner terbuka, yamg memberi kesempatan
kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri, (2) kuesioner
tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
b. Dari jawaban yang diberikan: (1) kuesioner langsung, yaitu responden
menjawab tentang dirinya, (2) kuesioner tidak langsung yaitu jika responden
menjawab tentang orang lain.
c. Dari bentuknya: (1) pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan
kuesioner tertutup, (2) check list, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom yang sesuai, (3) rating-scale atau skala bertingkat,
yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan ke
tingkatan-tingkatan misalnya, mulai dari sangat setuju, setuju, sampai tidak
setuju.
d.
Dari cara/media memberi
pertanyaan: (1) kuesioner individu, dengan metode ini periset secara langsung
bertatap muka dengan responden yang disurvei, (2) kuesioner melalui internet,
survei ini di jalankan dengan membagi surat berisi kuesioner kepada responden
yang akan diteliti.
Uma Sekaran
(1992) dalam Sugiono
mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan
data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran
dan penampilan fisik.
1. Prinsip
penulisan angket
Prinsip
ini menyangkut beberapa factor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka-negatif positif, pertanyaan tidak mendua,
tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahakan, panjang
pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
a. Isi
dan tujuan pertanyaan
Yang
dimaksud di sini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau
bukan? Kalau berbentuk
pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus
disusun dalam
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variable yang
diteliti.
b. Bahasa
yang digunakan
Bahasa
yang digunakan dalm penulisan kuesioner (angket) harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa
Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang
digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden,
keadaan social budaya, dan “frame of
reference” dari responden.
c. Tipe
dan bentuk pertanyaan
Tipe
pertanyaan dalam angket dapat terbuka
atau tertutup (kalau dalam wawancara
: terstruktur dan tidak terstruktur) dan bentuknya dapat menggunakan kalimat
positif atau negative.
Pertanyaan
terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan
jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Contoh: bagaimanakah tanggapan
anda terhadap iklan-iklan di TV saat ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah
pertanyaan yang mengaharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk
memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
tersedia. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio
adalah bentuk pertanyaan tertutup.
Pertanyaan
tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga
memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang
telah terkumpul. Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat kalimat
positif dan negative agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan
lebih serius, dan tidak mekanistik.
d. Pertanyaan
tidak mendua
Setiap
pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled)
sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh:
Bagaimana
pendapat anda tentang kualitas dan relevansi pendidikan saat ini? Ini adalah
pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekligus, yaitu
kualitas dan relevansi. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua
yaitu: bagaimanakah kualitas pendidikan? Bagaimanakah relevansi pendidikan?
e. Tidak
menanyakan yang sudah lupa
Setiap
pertanyaan dalam instrument angket, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal
yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban
dengan berfikir berat.
Contoh:
Bagaimanakah
kualitas pendidikan sekarang bila dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu?
Menurut anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali
penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden
yang diberi angket baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka akan sulit
memberikan jawaban.
f. Pertanyaan
tidak menggiring
Pertanyaan
dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke
yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah prestasi belajar anda selama di sekolah
dulu? Jawaban responden tentu cenderung akan menyatakan baik. Bagaimanakah
prestasi kerja anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan cenderung baik.
g. Panjang
pertanyaan
Pertanyaan
dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh
responden dalam mengisi. Bila jumlah variable banyak, sehingga memerlukan
instrument yang banyak, maka instrument tersebut dibuat bervariasi dalam
penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan
empiric jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan
pertanyaan
Ururtaan
pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik,
atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan
karena secara psikhologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab.
Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka
responden akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereaka terima.
Urutan pertanyaan ayng diacak perlu dibuat bila tingakat kematangan responden
terhdap masalah yang dinyatakan sudah tinggi.
i.
Prinsip pengukuran
Angket
yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrument penelitian, yang
digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Oleh karena itu
instrument angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel tentang variable yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang
valid dan reliabel, maka sebelum instrumen
angket tersebut diberikan pada responden, maka perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrument yang tidak valid dan reliabel bila
yang tidak valid dan reliabel pula.
j.
Penampilan fisik angket
Penampilan
fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau
keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram,
akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan
angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang
dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
Keuntungan dan Kelemahan Kuesioner
Keuntungan:
F Tidak memerlukan hadirnya peneliti
F Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
F Dapat dijawab oleh responden menurut ketercapaiannya masing-masing dan
menurut waktu senggang responden
F Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu
menjawab
F Dapat dibuat terstandar bagi semua responden dapat diberi pertanyaan
yang benar-benar sama.
Kelemahan:
F Responden sering tidak teliti dalam menjawab
F Sering kali sulit dicarikan validitasnya
F Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
F Sering kali tidak kembali terutama dikirim lewat pos
F Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama.
3. Observasi
Suharsimi
(2010:272) “bahwa sanya mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat
tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam
suatu skala bertingkat.”
“Observasi
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan
disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran”
(Abdurrahman Fathoni,
2006: 104).
Observasi seringkali diartikan sebagai suatu
aktivitas sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam
pengertian psikologi observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
alat indera. Dalam arti penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,
rekaman gambar dan rekaman suara. Observasi dapat dilakukan dengan 2 cara yakni:
a. Observasi non sistematis; yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan,
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Macam-macam
observasi
1.
Observasi
partisipatif
Adalah
observasi yang dilakukan dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Observasi
partisipatif dapat digolongkan menjadi 4, yakni: (1) partisipasi pasif, dalam
hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetpai tidak
ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, (2) partisipasi moderat, adanya
keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar, (3)
partisipasi aktif, dalam hal ini peneliti ikut melakukan apa yang dialkukan apa
yang dilakukan narasumber, (4) partisipasi lengkap, dalam hal ini peneliti
sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
2.
Observasi
terus terang atau tersamar
Adalah
penelti melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data
bahwa ia sedang melakukan penelitian.
3.
Observasi
tak berstruktur
Adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi.
Tahap-tahap observasi menurut Spradley
dalam buku Sugiono (2010: 69) terbagi menjadi
tiga yakni:
1.
Observasi
deskriptif, observasi ini dilakukan peneliti pada saat ,memasuki situasi social
tertentu sebagai objek penelitian. Peneliti belum membawa masalah yang akan
diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan
deskripsi terhadap apa yang didengar, dilihat dan dilakukan.
2.
Observasi
terfokus, peneliti melakukan observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan pada aspek tertentu.
3.
Observasi
terseleksi, pada tahap ini peneliti telah menguraikan focus yang ditemukan
sehingga datanya lebih rinci.
4.
Dokumentasi
“Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiono 2009:329).
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebiijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya forto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dpat berupa gambar, patung, film
dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
“Studi dokumentasi ialah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi
responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam meneliti
perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya” (Abdurahmat fathoni
2006: 112).
“Dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya” (Suharsimi
arikunto 2002:206).
Dibandingkan dengan metode lain maka
metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati
bukan benda hidup tetapi benda mati.
Metode
Pengumpulan Data Kuantitatif
Terdapat beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian
kuantitatif. Macmillan & Sally Schumacher mengelompokkan metode pengumpulan data kuantitatif dalam
beberapa
jenis,
yakni:
1. Paper
and Pencil Tests
Menurut
MacMilan & Schumacher (2010: 250),istilah paper and pencil
tests diartikan sebagai
“a standard set of questions is presented to
each subject in writing (on paper or computer) that requires completion of
cognitive task” . Tes tertulis diartikan sebagai seperangkat
pertanyaan yang disajikan kepada setiap subyek penelitian dalam bentuk tertulis
(pada kertas atau komputer) yang menghendaki penyelesaian tugas kognitif. Tugas
kognitif yang dimaksudkan dapat terfokus pada apa yang diketahui
seseorang (achievement), kemampuan belajar(ability or aptitude), memilih
atau seleksi (interests, attitudes, or value) atau kemampuan
mengerjakan sesuatu (skills).
Saat
ini terdapat banyak bentuk tes yang telah terstandar. Bentuk tes ini telah
disediakan oleh ahli pengukuran dan memiliki kesamaan prosedur dalam
administrasi dan pengskoran. Walaupun telah banyak bentuk tes yang telah
distandarkan, kita tidak mungkin langsung mengambil salah satu bentuk tes
tersebut begitu saja untuk dijadikan alat pengumpulan data pada penelitian yang
akan kita lakukan. Hal ini disebabkan karena setiap penelitian bertujuan untuk
mengukur sesuatu hal yang spesifik yang belum tentu sesuai dengan bentuk tes yang
telah tersedia. Oleh karena itu diperlukan kemampuan agar mampu
mengkonstruksi sendiri bentuk tes yang sesuai dengan tujuan penelitian yang
akan dilakukan.
Terdapat
dua kriteria dalam penilaian yakni norm-referenced dan criterion
referenced. Pada norm-referenced atau penilaian acuan normatif
(PAN), interpretasi datanya berdasarkan referensi kelompok. Sedangkan
padacriterion-referenced atau penilaian acuan patokan (PAP), proses
interpretasinya berdasarkan seperangkat kriteria yang telah ditetapkan.
Bentuk
soal tes yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pilihan
ganda : Bentuk ini bisa mencakup banyak
materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer.
Kelemahannya:
(1) membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit, (2) adanya peluang kerja sama peserta antar
tes sangat besar. Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian yang
melibatkan banyak peserta didik dan
waktu untuk koreksi relatif singkat. Penggunaan bentuk ini menuntut agar pengawas ujian teliti dalam
melakukan pengawasan saat ujian
berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung
pada kemampuan pembuat soal (Ebel,
l979). Soal pilihan ganda memiliki
beberapa tipe yaitu :
a. melengkapi
pilihan ( dengan 4 atau 5 option )
Soal obyektif
jenis ini terdiri dari pokok soal (stem) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau suatu pertanyaan yang
dilengkapi dengan 4 atau 5 kemungkinan
jawaban yang disebut option. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar ( sesuai kunci ). Option selain
kunci jawaban disebut sebagai pengecoh
(distractor). Contoh :
Di antara
pernyataan di bawah ini, yang benar mengenai kepemimpinan adalah..
1. kegiatan
mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
2. kegiatan
memaksa bawahan untuk berupaya mencapai tujuan
3. orang
yang mampu mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
4. seni
memaksa bawahan untuk meningkatkan motivasi
merupakan kegiatan non utama untuk mencapai tujuan
2. Analisis
hubungan antar hal
Soal jenis ini
terdiri dari 2 kalimat pernyataan , yang dihubungkan dengan kata SEBAB. Kedua kalimat bisa merupakan sebab
akibat, bisa juga keduanya benar tetapi
tidak berhubungan, bisa salah satu benar, dan bisa juga keduanya salah. Contoh : Motivasi adalah salah satu
seni penting yang harus dikuasai oleh
seorang pimpinan SEBAB Kemampuan memotivasi bawahan adalah salah satu cara
untuk mendapatkan sumberdaya manusia yang mau dan mampu bekerja
3. Melengkapi
berganda
Soal jenis ini
hampir sama dengan tipe soal melengkapi pilihan, hanya saja diikuti dengan empat kemungkinan jawaban benar
dan siswa diminta untuk memilih jawaban-jawaban yang benar. Contoh : Kegiatan
evaluasi terdiri dari: (1) menguku, (2)
menilai, (3) memberikan hasil, (4) persiapan.
4. Uraian
objektif
Agar hasil
penskorannya objektif diperlukan pedoman penskoran, Objektif di sini berarti
hasil penilaian terhadap suatu lembar
jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang berbeda asal memiliki
latar belakang pendidikan sesuai dengan mata ujian. Tingkat berpikir yang
diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
Penskoran dilakukan secara analitik, yaitu setiap langkah pengerjaan
diberi skor. Misalnya, jika peserta didik menuliskan rumusnya diberi skor,
menghitung hasilnya diberi skor, dan menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya,
juga diberi skor. Penskoran bersifat hierarkhis, sesuai dengan langkah
pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap butir soal ditentukan oleh tingkat
kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih besar dibandingkan dengan yang
mudah.
5. Uraian
non-objektif/uraian bebas :
·
Bentuk ini cocok untuk
bidang studi ilmu-ilmu sosial.
·
Walau hasil penskoran
cenderung subjektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas,
hasilnya diharapkan dapat lebih objektif.
·
Tingkat berpikir yang
diukur bisa tinggi.
·
Bentuk ini bisa
menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas
peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
6. Jawaban
singkat atau isian singkat
Bentuk ini cocok
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik
jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur
cenderung rendah.
7. Menjodohkan
Bentuk ini cocok
untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan
materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
8. Performans
Bentuk ini cocok
untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu, seperti
praktek di laboratorium. Peserta tes
diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan dalam bidang
tertentu. Penilaian performans menurut Nathan & Cascio (1986) berdasarkan
pada analisis pekerjaan.
9. Portfolio
Bentuk ini cocok
untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik, dengan menilai
kumpulan karya-karya, atau tugas yang dikerjakan peserta didik. Portfolio
berarti kumpulan karya atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik (Popham,
1985). Karya-karya ini dipilih kemudian
dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan peserta didik. Cara ini
bisa dilakukan dengan baik bila jumlah peserta didik yang dinilai tidak banyak.
2. Wawancara
“Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya lebih sedikit” (Sugiono, 2009:194)
Pada dasarnya wawancara dalam
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif hampir sama hanya disesuaikan dari
topik tujuan penelitian itu sendiri. Tujuan dari
wawancara kuantitatif adalah untuk menstandarkan apa yang disajikan kepada
narasumber. Standarisasi ini akan dicapai ketika apa yang dikatakan oleh semua
narasumber itu sama atau hampir sama. Ide utamanya adalah bahwa peneliti
kuantitatif ingin mengungkap setiap narasumber untuk stimulus yang
sama sehingga hasilnya dapat dibandingkan. Hasil wawancara kuantitatif
kebanyakan merupakan data kuantitatif sehingga dapat dianalisis menggunakan
prosedur statistika kuantitatif. Hal ini disebabkan karena
pertanyaan-pertanyaannya bersifat open-ended yang tentu saja
sama untuk semua responden. Wawancara pada penelitian kuantitatif kelihatannya
hampir sama dengan kuesioner. Dalam kenyataannya, banyak peneliti menyebut
interview protocol sebagai kuesioner.
3. Kuesioner
(angket)
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya” (Sugiono, 2009:199)
Sedangkan pendapat Abdurrahmat Fathoni (2006:111)
“Angket adalah teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (daftar
pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti yang dilakukan dalam
penelitian untuk menghimpun pendapat umum.”
Pada dasarnya metode pengumpulan angket/kuesioner dalam
penelitian kualitatif dan kuantitatif itu hampir sama hanya yang membedakan
yaitu disesuaikan dengan topik penelitian dan tujuan penelitian. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka , dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau
internet.
4. Observasi
Sutisno hadi (1986) dalam sugiono
mengemukakan bahwa:
“ observasi merupakan suatu proses yang
komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
phisikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.”
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan
data, obseravasi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Observasi
berperanserta (participant observation)
Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
2) Observasi
nonpartisipan
Dalam
observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen. Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan
mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna
adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang
tertulis.
a. Observasi
terstruktur
Observasi
terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang
apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Dalam malakukan pengamatan
peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
b. Observasi
tidak terstruktur
Observasi
tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti
tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu rambu
pengamatan.
Pada
observasi kuantitatif berkaitan dengan standarisasi semua prosedur observasi
untuk mendapatkan data penelitian yang reliabel. Standarisasi ini meliputi
siapa yang diobservasi, kapan observasi dilakukan, dimana observasi dilakukan
dan bagaimana kegiatan observasi berakhir. Observasi kuantitatif biasanya
menghasilkan data kuantitatif seperti jumlah atau frekuensi dan persentase.
Sumber Rujukan
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif Ancangan
Metodologi, presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan
Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora.
Bandung: Pustaka Setia.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf,
Gorys, (1989). Komposisi. Flores:
Nusa Indah.
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.