Sabtu, 03 Maret 2012

LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


RESUME LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.  Rencana/rancangan ini disusun guna memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, untuk mencapai tujuan yang cita-citakan baik oleh siswa, keluarga maupun masyarakat. Dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Selain itu kurikulum pula memiliki kedudukan paling central dalam seluruh kegiatan pendidikan. Oleh karena begitu pentingnya peran serta tujuan kurikulum dalam pendidikan, perancangan, penyususna serta pengembangannya pun perlu memiliki landasan yang kuat serta memperhatikan prisip-prinsip tertentu
LANDASAN KURIKULUM
Dalam penyusunan, pelaksanaan dan pengembangan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan melainkan membutuhkan landasan yang kuat yakni harus didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Ibarat dalam pembuatan sebuah gedung jika landasannya tidak kokoh naka gedung tersebut akan ambruk, lain lagi halnya dalam pendidikan jika landasannya lemah dalam hal ini kurikulum lemah maka manusia akan “ambruk”.
 Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997;38) terdapat 4 landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum yaitu; (1) landasan filosofis), (2) landasan psikologis, (3) landasan social budaya serta perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK).


Landasan Filosofis
Kita sempat mengenal kata filosofis dalam ilmu filsafat khususnya dalam filsafat pendidikan,. Filosofi merupakan konseptual dan ideal dalam artian disini merujuk pada sasaran pendidikan (tujuan), proses pendidikan (cara) dan pendidik-siswa (orang yang mendidik dan yang di didik). Dalam filsafat pendidikan dikenalkan berbagai aliran filsafat seperti; perenialisme, esensialise, eksistensialisme, progresivisme, dan rekontruksivisme. Aliran-aliran filsafat inilah yang menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum.
Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Salah satu pandangan dalam filsafat pendidikan yaitu pandangan dari John Dewey penganut aliran progresivisme dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan referensi dalam mengembangkan kurikulum. Filsafat Dewey sangat menghargai peranan pengalaman yang merupakan dasar bagi pengetahuan dan kebiijakan. Experience is the only basis for knowledge and wiusdom (Dewey, 1964;101). Selain merupakan sumber pengetahuan pengalaman pun menjadi sumber nilai yang relative, subjektif dan hanya diraskan oleh manusia.
Menurut Dewey dalam buku Pengembangan Kurikulum (1997;41) pendidikan berarti pengembangan, perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Pendidikan itu juga berarti sebagai kehidupan yaitu maksudnya proses pendidikan mempumnyai tujuan bersifat continue, merupakan reorganisasi, rekonstruksi dan pengubahan pengalaman hidup.
Implementasi pendidikan dari pandangan filsafat Dewey ini terhadap pengembngan kurikulum di sekolah dasar yaitu perlu diperhatikan dalam hal menyusun bahan ajaran hendaknya;
Bersifat konkret dipilih agar betul-betul berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis dan mendetail
Pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar, ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan menyeluruh.
Jadi maksudnya disini yaitu bahan pelajaran bagi anak sebaiknya tidak berasal dari satu sumber buku pelajarana melainkan bahan pelajaran harus dapat memberikan rangsangan terhadap anak-anak untuk dapat aktif, bekerja dan bereksperimen. Bahan pelajaran tidak diberikan dalam disiplin-disipli ilmu yang ketat tetapi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan suatu masalah (problem). Selain itu dalam memilih bahan pelajaran pun sebaiknya disesuaikan dengan kenutuhan masyarakat dan lingkungan. Metode mengajar pun harus fleksibel dan menimbulkan inisiatif bagi para siswa. Sekolah yang menerapkan aliran progressive ini bersumber dari control social yang terletak pada sifat kegiatannya yang berisikan kerja sama soaial. Di dalam kerja sama soaial ini setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memberika sumbangan dan untuk memikul tanggung jawab. Semuanya baik guru maupun siswa ikut berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Landasan psikologis
Kondisi psikologis menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan KuerikulumTeori dan Praktek (1997;45)  merupakan karakteristik psiko-fisik seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilakau dalam interaksi dengan lingkungannya.Peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan oleh karena itu tugas guru disini membantu perkembangan siswa secara optimal. Cara belajar mengajar mana yang dapat memberikan hasil secara optimal serta bagaimana proses pelaksanaanya.
Aspek psikologis disini yaitu menyangkut rencana belajar yang dipersiapkan untuk pengalaman perkembangan siswa, karakteristik siswa dan metode belajar mengajar. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997;45) terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu; (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar.

Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Enurut Piaget perkembangan intelektual setiap individu berlangsung dalam tahapan tertentu; (1) sensorikmotorik 0-2 tahun, (2) praoperasional 2-7 tahun, (3) operasional 7-11 tahun, (4) operasional formal 11-14 tahun. Dalam psikologi perkembangan pun dikaji mengenai; hakikat perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, hal seperti itulah yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari perkembangan kurikulum.
Psikologi belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang semuaya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar sebab pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajar


Perkembangan Siswa dan Kurikulum :
Menurut J.J Rousseau
Bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk mengembangkan potensinya atau berkembang dengan penyesuaian diri dengan lingkungan.
John Locke
Bahwa perkembangan anak itu adalah hasil dari pengaruh lingkungan
  William Stren
  Bahwa perkembangan anak merupakan hasil perpaduan antara bawaan dan  lingkungankan siswa
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya ada 3 rumpunan :
Teori Mental atau Daya : disini bahwa dari mulai kelahirannya anak atau individu telah memiliki potensi atau daya-daya tertentu (falcuties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu. Seperti, daya pengingat, daya berpikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan maslah dalam kehidupan sehari-hari.
Teori Behaviorisme, ada 3 bagian : teorikoneksionisme atau asosiasi, teori kondisioning, teori penguatan (reinforcement/operant conditioring). Teori ini berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi dari sejak dini. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat)
Teori Organismik atau gestalt : teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih memakna dari bagian-bagian, tetapi keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk organism yang melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan secara keseluruhan.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.
Landasan Sosial Budaya dan IPTEK
Konsep pendidikan memang universal namun dalam pelaksanaannya bersifat local disesuaikan dengan situasi, kondisi dan tingkat kebutuhan social, budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu terdapat adanya perbedaan system sosial budaya, nilai, lingkungan alam serta sarana dan prasarana  antara lingkungan masyarakat satu dengan lainya. Namun perbedaan ini tidak lantas dijadikan sebagai jurang pemisah akan tetapi memang sudah menjadi suatu proses dan karakteristik  kekayaan budayanya sehingga menjadi landasan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Menurut Nana Syaodih dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (1997;58) Terdapat 3 sifat penting pendidikan (; (1) pendidikan mengandung nilai dan memberi pertimbangan nilai (2) pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat (3) pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat setempat tempat pendidikan itu berlangsung.
Implikasinya sekolah dalam hal ini sebagai tempat melaksanakan pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh sebab itu kurikulum berperan sebagai pedoman dalam proses pendidikan di sekolah dan relevan dengan tuntutan masyarakat. Sekolah disii bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat saja, akan tetapi sekolah juga berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial  budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
Pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi cukup luas meliputi semua aspek kehidupan, terutama disini berpengaruh dalam kehidupan masyarakat dan pendidikan. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan social masyarakat sebab pendidikan merupakan salah satu aspek social. Pengaruh ini jelas sekali dapat kita rasakan baik di bidang kounikasi, tramnsportasi, media massa, teknologi industry dan masih banyak lagi.
Sebenarnya untuk pengeruh dari perkembangan IPTEK ini dapt dirasakan secara langsung maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan IPTEK disini yaitu dalam hal pemberian dan penyampaian isi/materi atau bahan yang akan disampaikan dalm pembelajaran kepada siswa. Selain itu pengaruh tidak langsung disini yaitu bahwa perkembangan IPTEK menyebabkan perkembnagan masyarakat dan menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan dengqan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dikembangakan dalam pendidikan.

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Prinsip yaitu aturan kaidah atau hukum yang berlaku. Prinsip-prinsip dalam pengembangkan kurikulum berarti suatu aturan/kaidah atau hukum yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana pendidikan dalam mengembangkan suatu kurikulum untuk diimplementasikan di sekoalah/lembaga pendidikan setempat.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) membagi prinsip-prinsip dalam megembangkan kurikulum kedalam 2 kelompok besar yaitu : (1) prinsip-prinsip umum yang terdiri dari : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Prinsip Relevansi
Relevansi artinya sesuai antara komponen tujuan, isi/pengalaman belajar, organisasi dan evaluasi kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan tenaga kerja maupun warga masyarakat yang di idealkan (Nana Sukmadnata 1988 : 167-168). Jadi aturan/ kaidah untuk melaksanakan pengembangan kurikulum dengan memilih jabaran komponen-komponen kurikulum agar sesuai dengan berbagai tuntutan, dinamakn penerapan prinsip relevansi pengembangan kurikulum
Ada dua macam prinsip relevansi yaitu;
relevansi internal yaitu bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi materi/pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metoide yang digunakan serta alt evaluasi untuk melihat ketercapaian tujuan.
relevansi eksternal yaitu bahwa tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat sedangkan menurut sumber lain menyebutkan bahwa relevansi ekdternal yaitu isi kurikulum jharus sesusi dengan tuntutan dunia kerja.

Prinsip fleksibilitas yaitu dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. Implikasinya yaitu fleksibel bagi guru yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai degan kondisi yang ada, sedangkan fleksibel bagi siswa artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Prinsip kontinuitas yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.implikasinya harus ada keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
Prinsip efisiensi yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
Prinsip efektivitas yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuant Prinsip sinkronisme. Implikasinya adalah bagaimana kurikulum dapat seirama, searah dan setujuan, serta jangan sampai kurikulum terjadi kurikulum yang terhambat, berlawanan atau mematikan kegiatan lian.\Prinsip objektifitas. Adalah kurikulum tersebut dilakukan melalui tuntutan kebenaran ilmiah yang objektif dengan mengesampingkan pengaruh-pengaruh emosi dan irasional (QS, 5:8)
Prinsip demokrasi adalah pelaksanaan kurikulum harus dilakukan secara demokrasi, artinya saling mengerti, memahami keadaan dan situasi tiap-tiap subjek dan objek kurikulum
Prinsip objektifitas adalah kurikulum tersebut dilakukan melalui tuntutan kebenaran ilmiah yang objektif dengan mengesampingkan pengaruh-pengaruh emosi dan irasional (QS, 5:8)
Prinsip integritas implikasinya adalah pengupayaan kurikulum tersebut agar menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu mengintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas fikir, serta manusia yang dapat menyeleraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
Prinsip Sinkronisasi implikasinya menyesuaikan kebutuhan dengan keadaan sekolah sehingga kurikulum yang dihasilkan akan memiliki muatan yang lebih relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan.

SUMBER ACUAN
Syaodih, Nana S.1997.Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Bandung; PT Remaja Rosda Karya.

1 komentar:

  1. LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM, apakah ada diatur dalam Undang-Undang gan..???

    BalasHapus